The Conversation

Halo Pembaca, semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Pekan ini, pandemi COVID-19 di Indonesia memasuki tahun ketiga dan kita masih merasakan bahwa pandemi ini belum akan berakhir dalam waktu dekat. Para ahli pun tidak bisa memprediksi dengan akurat kapan pandemi akan berakhir karena virus corona terus bermutasi dan masih ada puluhan juta orang di Indonesia yang belum divaksinasi.

Walau kini kecenderungan kasus harian COVID-19 menurun dengan kisaran kasus pada angka 30 ribu per hari, bukan berarti kita bisa bernafas lega. Omicron yang menyebar dengan cepat tetap merupakan ancaman yang bisa meningkatkan risiko kematian terutama di kalangan orang yang belum divaksin.

Karena itu, meningkatkan cakupan vaksinasi merupakan salah satu jawaban untuk bisa mempercepat mengendalikan pandemi ini.Vaksin telah terbukti mengurangi level keparahan saat terinfeksi dan pada yang sama bisa memperkecil peluang mutasi virus di komunitas yang cakupan vaksinasi tingginya.

Di level kebijakan, pemerintah Indonesia perlu memikirkan bahwa Indonesia bisa memproduksi vaksin sendiri, baik vaksin ciptaan negara lain maupun vaksin ciptaan sendiri, agar kebutuhan dalam negeri bisa dipenuh dengan cepat. Dari 6 jenis vaksin booster dan vaksin tahap satu dan dua tak ada satupun yang diproduksi di Indonesia.

Selain itu, untuk memperkuat sistem kesehatan kita, sudah saatnya pemerintah memperkuat layanan telemedis yang melibatkan puskesmas, rumah sakit dan dokter-dokter. Benar bahwa kini ada sejumlah star up telemedis bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan selama masa darurat pandemi. Yang kita butuhkan lebih dari itu. Sebab kini baru sekitar 20% dari total rumah sakit di Indonesia yang mengembangkan layanan telemedis.

Layanan medis online kini menghadapi hambatan seperti kurangnya dukungan legalitas layanan, belum adanya jaminan pembiayaan dari pemerintah, hingga kesiapan rumah sakit yang masih rendah. BPJS Kesehatan hinggi kini belum memasukkan layanan telemedicine dalam tanggung program mereka.

Mau tidak mau pemerintah harus memperkuat sistem kesehatan agar lebih tahan terhadap serangan pandemi saat ini dan kemungkinan pandemi ke depan. WHO telah memperingatkan munculnya varian baru dari virus corona, BA.2, yang telah menyebar di sejumlah negara.

Science Leadership Collaborative: Call for applicants

The Conversation Indonesia membuka pendaftaran bagi peneliti muda Indonesia untuk bergabung dalam program Science Leadership Collaborative (SLC). Melalui program ini, para peneliti yang menjadi peserta akan merasakan apa yang disebut sebagai kepemimpinan transformasional: mereka akan belajar untuk berinovasi, mempengaruhi bidang dan komunitasnya, serta memobilisasi sumber daya dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi berbagai permasalahan kompleks yang kita hadapi.

Cari tahu lebih lanjut tentang program SLC di laman ini.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, di Jakarta, 28 Februari 2022, menjadi tempat perawatan pasien terinfeksi virus corona selama pandemi. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp

Pandemi memasuki tahun ketiga: mengapa layanan telemedicine harus mulai diperkuat

Irwandy, Universitas Hasanuddin

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar pada berbagai kehidupan manusia termasuk cara kita berinteraksi, bersosialisasi, bekerja termasuk dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Kesehatan

Sains + Teknologi