Halo Pembaca,

Semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Pandemi COVID-19 telah berlangsung setahun jika kita mengacu pada pengumuman pertama kasus terkonfirmasi infeksi virus corona di negeri ini.

Masalah utamanya adalah belum ada tanda-tanda bahwa gelombang pertama infeksi massal ini terlewati dan saat ini bukan puncak pandemi. Di Asia Tenggara, Indonesia mencatatkan rekor sebagai negara yang memiliki kasus dan angka kematian tertinggi karena lemahnya sistem kesehatan nasional.

Februari lalu memang kasus harian terinfeksi menurun drastis karena spesimen yang diperiksa di laboratorium juga turun lebih dari separuhnya dibanding bulan sebelumnya.

Saat pendemi belum ada tanda mereda, beban baru datang. Pekan ini Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengonfirmasi bahwa mutasi virus corona B.1.1.7, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, kini telah ditemukan di Indonesia. Virus jenis baru ini telah ditemukan di Singapura, Malaysia, India, hingga Korea Selatan. Desember lalu, virus ini telah telah dideteksi paling tidak di 20 negara dan kini lebih banyak lagi.

Hal yang paling mengkhawatirkan, virus jenis baru ini lebih cepat menular. Penularan virus lebih ganas karena mengalami penggandaan lebih cepat di dalam tenggorokan.

Pada “ulang tahun” pandemi ini, kami menerbitkan sejumlah artikel yang memuat ulasan setahun wabah global ini menyerang Indonesia. Selamat membaca!

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Peziarah berdoa di depan makam keluarganya di pemakaman khusus dengan protokol COVID-19 di TPU Bambu Apus, Jakarta Timur, 2 Maret 2021. Pemakaman ini telah penuh terisi 1.050 jenazah yang meninggal akibat COVID-19. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.

Setahun pandemi: ini 5 riset COVID-19 penting di Indonesia, agar kita tak terperosok berulang kali

Irwandy, Universitas Hasanuddin

Dari lima riset itu, cukup jelas bahwa bukti-bukti ilmiah lebih dari cukup untuk menyusun kebijakan yang efektif mengendalikan pandemi dan mengurangi dampaknya.

Kesehatan

COVID-19

In English