Halo para pembaca yang budiman,

Semoga Anda selalu sukses dan sejahtera.

Saya Yessar Rosendar, editor bisnis dan ekonomi The Conversation Indonesia, menyarikan sejumlah berita tentang bisnis dan ekonomi yang menarik pekan ini.

Semua menginginkan keuntungan ketika berinvestasi, baik itu di deposito sampai saham. Namun jika melakukan investasi dengan pendekatan yang salah, maka risiko kerugian yang dihadapi bisa sangat besar.

Celakanya adalah jika literasi keuangan si investor belum mumpuni dan lebih mengikuti rekomendasi influencer-influencer di media sosial.

Perilaku ikut-ikutan ini dinamakan dengan Fear of Missing Out (FoMO) atau takut ketinggalan akan sesuatu yang sedang tren.

Salah satu artikel terbaru kami membahas tentang perilaku FoMO ini yang menurut riset didorong oleh alasan-alasan yang konyol, seperti gengsi, ingin mendapatkan pujian, sampai takut ketinggalan tren.

Anak presiden Joko “Jokowi” Widodo, Kaesang Pangarep yang juga gemar berinvestasi pun mengamini fenomena ini. Ia melihat bahwa khususnya investor generasi Z lebih memilih mengikuti influencer ketika akan membeli saham. Seharusnya rekomendasi influencer tersebut tidak dimakan mentah-mentah namun dianalisa lebih dalam terlebih dahulu.

Para investor, khususnya yang pemula dan berusia muda banyak yang terjebak dan mengalami kerugian karena FoMO. Kita masih bisa ingat banyak yang menjerit ketika telah membeli saham Bukalapak yang jatuh harganya setelah beberapa hari go public.

Lebih parah lagi, pendekatan FoMO ini bisa menjerumuskan para investor ke instrumen investasi yang ilegal atau bodong. Seperti contohnya Robot Trading yang sedang hangat belakangan ini. Platform investasi ini menawarkan investasi otomatis karena dijalankan oleh software dan memberikan keuntungan fantastis tiap bulannya.

Jika hasil keuntungan investasi itu terlalu indah untuk menjadi nyata, biasanya memang bukan suatu kenyataan dan sebuah kebohongan. Namun memang sifat manusia yang cenderung terpancing dan terbutakan oleh keuntungan cepat.

Untuk itu kita harus selalu meningkatkan literasi keuangan, khususnya generasi muda agar tidak latah dan ikut arus FoMO.

Salam.

Yessar Rosendar

Business + Economy (Indonesian edition)

Bisnis + Ekonomi