Catatan editor

Halo pembaca,

Saya Nurhasim, editor sains dan kesehatan The Conversation, meringkas berita kesehatan dalam sepekan terakhir.

Pada 20 Maret lalu, kami menerbitkan satu artikel hasil riset yang memprediksi bahwa pada akhir April kasus positif COVID Indonesia akan mencapai 11.000 jika penggandaan kasus setiap 7 hari dan 71.000 kasus bila pelipatan kasus tiap 5 hari. Dan angka kasus terkonfirmasi COVID-19 hingga per 1 Mei mencapai 10.551 kasus. Artinya angka tersebut hampir sama dengan prediksi hasil riset tersebut.

Setelah hampir dua bula sejak kasus pertama positif diumumkan, belum ada tanda yang menunjukkan kasus-kasus harian di Indonesia akan segera turun. Di level global angka infeksi telah melebihi 3,4 juta kasus.

Sementara itu, Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menemukan 6 gejala baru terkait infeksi virus ini selain sesak napas, batuk dan demam. Gejala baru itu adalah panas dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kehilangan rasa atau bau.

Dengan gejala yang makin banyak ini artinya akan lebih banyak lagi orang diperiksa untuk memastikan dia terinfeksi coronavirus atau tidak.

Para ilmuwan di seluruh dunia masih terus berjuang untuk menemukan vaksin.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Artikel teratas

Laboratorium Bioscientia Healthcare GmbH di Ingelheim, Jerman, 23 April 2020, mampu mengetes 3.500 spesimen per hari untuk mendeteksi coronavirus dengan tes PCR. EPA/RONALD WITTEK/AAP

Mustahil 10.000 tes RT-PCR per hari, Indonesia perlu segera mengkarantina terpusat PDP, ODP dan OTG COVID-19

Teguh Haryo Sasongko, Perdana University

Pemerintah kecamatan, kabupaten, dan provinsi harus mengidentifikasi bangunan dengan aula besar, atau bahkan rumah-rumah penduduk dengan ukuran besar untuk mengkarantina semua kasus ODP, OTG dan +RT.

Kesehatan

COVID-19

In English