Halo! Selamat datang kembali di Sepekan Lingkungan, bersama saya, Fidelis, editor lingkungan hidup. Edisi kali Ini merupakan nawala terakhir di tahun 2020.

Tahun ini, pandemi COVID-19 telah mengubah seluruh kehidupan mahkluk hidup di Bumi. Sebagai upaya mencegah penyebaran virus ini, manusia harus mengurangi mobilitas dan menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, hingga memakai masker di luar ruangan.

Hal ini sempat membuat udara, terutama di perkotaan, terasa lebih terang dan bersih. Namun, ini tidak membuat emisi gas rumah kaca, salah satu pendorong krisis iklim, mengalami penurunan.

Sebaliknya, minggu lalu, badan PBB untuk lingkungan hidup (UNEP) memperingatkan negara-negara untuk segera lakukan aksi penurunan perubahan iklim karena suhu global ternyata diprediksi makin meningkat selama beberapa dekade ke depan.

Sekretaris Jendral PBB, António Guterres, bahkan mendesak negara-negara untuk segera mendeklarasikan “darurat iklim” (climate emergency) dalam pidatonya, akhir minggu lalu.

Dari sektor kelautan, para peneliti kelautan mendorong dunia internasional untuk memasukkan agenda perlindungan laut dalam rencana aksi penanganan perubahan iklim, seperti sektor perikanan yang berkelanjutan.

Para peneliti mengingatkan bahwa tahun 2021 merupakan awal dari UN Decade of Ocean Science for Sustainable Development dan menjadi momen yang tepat untuk melihat kembali hubungan antara lautan dan perubahan iklim, serta melakukan aksi yang tepat.

Selama tahun 2020, perhatian dunia tersedot untuk penanganan pandemi COVID-19 sehingga banyak aksi atau inisiatif perlindungan lingkungan menjadi terhambat.

Namun, hal ini juga memberikan pelajaran berharga kepada manusia bahwa kerusakan lingkungan dan kesehatan saling terkait erat.

Kita sudah merasakan dunia berduka akibat pandemi ini, namun juga bergerak bersama untuk bisa mengatasinya. Hingga kini, ratusan vaksin sedang dikembangkan dan beberapa negara sudah mulai memberikan vaksin kepada penduduk mereka.

Pola ini juga harusnya bisa diterapkan dalam perlindungan lingkungan hidup, terutama dalam krisis iklim yang juga berpotensi melukai penduduk Bumi.

Semoga tahun 2021 menjadi tahun perubahan positif bagi negara-negara untuk mengedepankan pembangunan berbasiskan ekologi yang bisa membantu menurunkan suhu Bumi, bukan sekadar mencari keuntungan ekonomi jangka pendek semata.

Sekian dulu untuk Sepekan Lingkungan pada edisi kali ini. Sampai jumpa kembali tahun depan!

Salam

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup