The Conversation

Halo, pembaca! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Kembali lagi dalam Nawala TCID. Hari ini, saya Robby Irfany Maqoma – Editor Lingkungan The Conversation Indonesia, akan berbagi sorotan kabar serta analisis teranyar seputar isu lingkungan di Indonesia dan mancanegara.

Pulau kecil limbung dihantam abrasi

Abrasi atau luruhnya daratan ke laut mengancam keberadaan pulau Putri Nongsa, Batam, Kepulauan Riau. Laporan terbaru yang terbit di Mongabay Indonesia menyatakan abrasi terjadi akibat ombak kencang yang menyedot sedimen pantai ke laut.

Akibat fenomena tersebut, luas daratan pulau Putri jauh menyusut dari 131,3 ribu m2 pada 2000, menjadi hanya 24,2 ribu m2 pada 2016.

Selain menggerogoti daratan pulau kecil, abrasi juga berisiko mengakibatkan longsor besar di sejumlah pantai. Ini terjadi di Amurang, Sulawesi Utara, dan Jembrana, Bali.

Peneliti ilmu kelautan Universitas Padjajaran, Noir Primadona Purba, menyatakan kerentanan abrasi di pesisir kian bertambah akibat perubahan iklim. Buruknya tata kelola di kawasan tersebut juga memperparah dampak abrasi.

Simak analisis Noir seputar ancaman abrasi di kawasan pesisir Indonesia yang terbit di The Conversation.

Celah kegagalan kawasan perlindungan laut

Konferensi Kelautan PBB yang berakhir 1 Juli silam dianggap menjadi angin segar untuk penguatan perlindungan perairan. Salah satunya adalah kesepakatan negara-negara untuk memperluas kawasan perlindungan laut hingga 30% dari total luasnya secara global.

Indonesia pun turut andil dalam komitmen tersebut dengan merencanakan penambahan kawasan perlindungan laut hingga 32,5 juta ha pada 2030. Hingga saat ini, rencana tersebut sudah terealisasi hingga 28,4 juta ha atau 86,5% dari target.

Kendati begitu, masih ada celah target ambisius ini menemui kegagalan. Peneliti sektor kelautan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Andri Irawan, menyatakan sejumlah kawasan lindung laut tidak memiliki perencanaan pengelolaan yang dapat memprediksi ancaman bagi ekosistem padang lamun. Padahal ekosistem ini penting sebagai habitat satwa laut dan penyimpanan karbon.

Kawasan lindung laut di Nias, Sumatra Utara, dan Biak Numfor; Papua, misalnya, yang justru mengalami penurunan luas padang lamun. Ini terjadi karena ancaman laut datang dari luar: pembangunan di pesisir sekitarnya, limpasan sampah, dan penangkapan ikan.

Ulasan Andri selengkapnya dapat dibaca di tautan ini.

Bumi semakin keok menyerap emisi metana

Emisi gas metana di atmosfer terus naik, bahkan kecepatannya terus meningkat sejak dua tahun terakhir. Pandemi Covid-19 yang sempat membikin lesu sektor industri pun tak mempengaruhi tingkat konsentrasi metana di bumi.

Apa penyebab hal ini? Riset terbaru menunjukkan tingginya emisi gas metana disebabkan oleh menurunnya kemampuan bumi mengurai emisi tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karbon monoksida atau CO, material yang terlepas dari hasil kebakaran hutan.

Nah, maraknya kebakaran hutan akibat gelombang panas beruntun – dari India-Pakistan ke kawasan Eropa akan menggerogoti kemampuan atmosfer bumi mengurai emisi gas metana. Indonesia juga tengah memasuki musim kemarau, dan titik panas di daerah rawan kebakaran mulai terlihat.

Temuan ini menjadi tanda bahaya karena gas metana memerangkap panas 84 kali lebih kuat ketimbang karbon. Jika atmosfer dalam keadaan normal, metana seharusnya bisa terurai lebih cepat – paling tidak selama 10 tahun. Beda dengan penguraian karbon di udara yang bisa membutuhkan waktu selama hingga berabad-abad.

Karena itulah, upaya bersama untuk meredam emisi karbon dan metana – tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

Simak berbagai ulasan seputar emisi gas metana dari para ahli di The Conversation.

-

Yuk, ikuti kampanye #SiKecilBertanya

Pembaca, belakangan ini banyak anak usia TK dan SD yang kecanduan gawai. Ketergantungan mereka pada internet dan hiburan daring mengikis rasa ingin tahu atas lingkungan sekitar dan dunianya. The Conversation Indonesia mengajak kamu ikut #SiKecilBertanya, untuk membangun kebiasaan berpikir ilmiah dan bijaksana pada anak, sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.

Simak kampanye selengkapnya di sini.

-

Nantikan hasil kurasi isu-isu lainnya oleh editor The Conversation Indonesia yang dikirim langsung ke surelmu setiap hari.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan