Halo! Selamat datang kembali di Sepekan Lingkungan, nawala mingguan yang menampilkan beberapa highlight artikel-artikel dari Indonesia dan internasional.

Laporan terbaru PBB, Global Biodiversity Outlook 5, mengungkapkan negara-negara gagal mencapai target perlindungan biodiversitas, mulai dari mencegah polusi hingga melindungi terumbu karang, yang sudah disepakati secara global pada pertemuan di Jepang, 10 tahun lalu.

Dari keenam target, hanya sebagian tercapai seperti perlindungan kawasan dan spesies invasif.

Sekitar 44% dari 29% di tahun 2000 kawasan biodiversitas yang penting sudah dilindungi dan pemusnahan sekitar 200 spesies invasif.

Yang belum berhasil dicapai antara lain melindungi 17% kawasan daratan dan lautan, 10% habitat kelautan, masih banyak spesies terancam akibat kegiatan manusia, dan $500 miliar subsidi pemerintah yang merusak lingkungan masih berjalan.

Masih terkait dengan biodiversitas, peneliti memperingatkan akan potensi strain virus COVID-19 yang baru terutama di tempat pemotongan hewan.

Data yang diperoleh oleh platform jurnalisme lingkungan, ((o))eco, dan peneliti dari LSM Imazon, yang sudah mengamati sektor pemotongan daging di Amazon Brasil sejak tahun 1990an, memperlihatkan adanya potensi bahwa tempat ini, selain penyumbang emisi karbon, menjadi ground zero bagi pandemi berikutnya.

Ana Lúcia Tourinho, ahli ekologi dan peneliti di Mato Grosso Federal University (UFMT), menyatakan bahwa para pekerja di tempat pemotongan hewan harus melakukan restrukturisasi sanitasi karena mereka memiliki potensi menyebarkan penyakit.

Dari Indonesia, aplikasi layanan transportasi, Gojek, sudah memiliki servis kompensasi karbon (carbon offset) bagi para pelanggan.

Para pengguna gojek bisa mengganti rugi jejak karbon perjalanan mereka dengan menanam pohon di daerah Jakarta, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur yang dikelola oleh LindungiHutan, sebuah organisasi konservasi berbasis di Indonesia.

Untuk urusan jejak karbon, The Conversation Indonesia telah menerbitkan artikel aktivitas apa yang bisa menurunkan emisi.

Dalam studi tersebut disebutkan bahwa meski pun daur ulang bisa menurunkan emisi tapi tidak sebesar mengubah pola makan (tidak makan daging) dan pola transportasi (tidak menggunakan mobil pribadi).

Terakhir, menjalankan kebijakan jaga jarak dan tetap berada di rumah, kecuali untuk hal-hal yang penting, membuat manusia menyadari bahwa mereka butuh alam.

Hal ini diungkapkan oleh peneliti LIPI yang mengingatkan kembali pentingnya ruang terbuka hijau (taman kota, jalur hijau, dan areal sepanjang sungai) dapat kembali menjadi perhatian pemerintah.

Meski tidak bisa keluar rumah, artikel ini memberikan saran untuk mencoba urban gardening agar masyarakat bisa merasa ‘dekat dengan alam’.

Sekian dulu nawal minggu ini. Sampai jumpa dalam edisi selanjutnya dan jangan lupa berlangganan!

Salam.

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Rumah sakit darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta, 10 September 2020, siap menjadi tempat isolasi di tengah makin tingginya kasus positif di Ibu Kota. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

Jakarta PSBB lagi, dokter keluarga punya peran menurunkan angka kasus COVID-19

Trevino Pakasi, Universitas Indonesia

Dokter keluarga punya peran penting untuk mendiagnosis yang tepat sekaligus memberikan pendidikan yang benar kepada para pasiennya agar masyarakat patuh protokal pencegahan COVID.

Kesehatan

Bisnis + Ekonomi

Politik + Masyarakat

Pendidikan

In English

Lingkungan Hidup

Sains + Teknologi