Halo! Selamat datang kembali ke Sepekan Lingkungan, nawala yang menampilkan artikel-artikel pilihan seputar lingkungan hidup dari dalam negeri dan internasional. Semoga dalam keadaan baik-baik saja.

Dari Afrika, para peneliti memperingatkan adanya risiko kenaikan kematian akibat demam kuning atau yellow fever sekitar 25% pada tahun 2050.

Tim peneliti dari Imperial College London dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan pemodelan dengan memasukkan variabel suhu dan curah hujan di seluruh negara-negara Afrika berdasarkan empat skenario perubahan iklim.

Dalam skenario terbaik, peningkatan kematian mencapai 11%, sementara yang terburuk bisa mencapai 25% pada tahun 2050.

Dari penelitian lainnya, dampak perubahan iklim juga akan terasa bagi para pengungsi iklim, atau korban banjir dan longsor. Penelitian dari Pennsylvania State University memperlihatkan bagaimana perubahan iklim tidak hanya membuat orang meninggalkan tempat mereka tinggal akibat banjir dan longsor, tapi juga setelahnya.

Mereka menemukan bahwa para pengungsi ini cenderung kembali ke daerah asal mereka. Namun, ada beberapa yang tidak akan kembali, melainkan pindah ke daerah lainnya.

Para peneliti mengatakan perlu ada kebijakan yang menangani migrasi akibat perubahan iklim tersebut, karena ia menurunkan populasi di kawasan asal dan menambahkan penduduk di kawasan lainnya.

Sementara itu, kabar gembira datang dari dunia satwa. Seekor harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) lahir di Kebun Binatang Wroclaw, Polandia, akhir bulan lalu. Kesuksesan kelahiran harimau Sumatra dalam penangkaran memberikan sedikit harapan, terutama dengan semakin menurunnya populasi predator ini di alam liar.

Sekian dulu dari Sepekan Lingkungan. Sampai jumpa minggu depan! Jangan lupa berlangganan!

Salam

Forward to a friend

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup