Halo, semua! Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Selamat datang kembali ke Sepekan Lingkungan, nawala yang menyajikan highlight berita-berita seputar lingkungan mancanegara dan nasional.

Surut harapan sebelum COP26

Konferensi perubahan iklim ke-26 (COP-26) pada akhir bulan depan bakal menjadi momentum paling menentukan untuk seluruh kehidupan di bumi. Namun, seiring waktu perhelatan yang kian dekat, pesimisme justru muncul dari para pihak-pihak utama dalam perhelatan ini.

Sejumlah pejabat senior negara peserta memprediksi target memangkas 45% emisi global untuk menekan laju kenaikan suhu 1,5C pada 2030 bakal meleset.

Anggapan itu turut didasari dokumen komitmen pengurangan emisi dalam Nationally Determined Contributions (NDC) yang disetor sejumlah negara seperti Australia, Brazil, Indonesia, Rusia, dan Arab Saudi, masih belum memadai guna mengurangi emisi secara signifikan. Bahkan, belum ada kepastian keikutsertaan Cina–penyumbang emisi terbesar--dalam COP26.

 

Setengah hati memangkas emisi metana

Upaya meredam laju emisi gas metana di atmosfer kian menjadi perbincangan sejak Amerika Serikat dan Uni Eropa mengajak negara-negara untuk bergabung dalam komitmen pengurangan gas metana global (Global Methane Pledge). Metana adalah salah satu emisi gas rumah kaca yang turut menyumbang separuh dari kenaikan suhu global sebanyak 1C sejak era pra-industrial.

Namun, sejumlah pegiat lingkungan justru menganggap komitmen itu masih setengah hati. Sebab, belum ada kebijakan signifikan untuk mengendalikan sumber utama penghasil metana: sektor agrikultur.

Di AS, misalnya, pemerintah federal masih belum mewajibkan penerapan praktik pertanian ramah iklim/climate smart agriculture kepada pelaku industri agro. Padahal, sektor ini menjadi penyumbang terbesar gas metana (40%), selain bahan bakar fosil (35%) dan sampah (20%).

Presiden Joko Widodo juga mengklaim bergabungnya Indonesia dalam komitmen ini sebagai bagian dari upaya pemerintah meredam krisis iklim. Padahal, belum ada tanda-tanda pemerintah mengendalikan sumber-sumber emisi. Misalnya, perkebunan sawit yang menjadi penyumbang gas metana justru mendapat karpet merah melalui UU Cipta Kerja. Penyedotan minyak dan gas bumi dan pengerukan batu bara juga tidak direm.

 

Target pemulihan kawasan mangrove turun lagi

Target rehabilitasi kawasan mangrove pemerintah terus menurun. Selasa lalu, Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah akan memulihkan 34 ribu hektare hutan mangrove hingga akhir tahun ini. Target ini dipangkas dari rencana sebelumnya yakni 83 ribu hektare. Itu pun sudah jauh berkurang hampir separuhnya dari perencanaan Januari lalu sebesar 150 ribu hektare.

Pemangkasan berulang ini disebabkan oleh data kawasan mangrove yang belum siap. Akhirnya, realisasi pemulihan ini menjadi sangat lambat.

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove mencatat ada 3,31 juta hektare kawasan mangrove di seluruh Indonesia. Namun, sekitar 637 ribu hektare di antaranya termasuk dalam kategori kritis.

 

Bahaya atraksi cahaya Kebun Raya

Suara penolakan terhadap proyek wisata malam dan atraksi sinar lampu di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, semakin nyaring. Kelima eks pemimpin kebun botani mengirimkan surat kepada Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko; Wali Kota Bogor, Bima Arya; dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota Bogor, Atang Kristanto.

Proyek ini dianggap berisiko mengurangi kemampuan penyerapan air–salah satu fungsi vital kebun raya. Risiko dapat terjadi akibat proyek pengerasan jalan yang melampaui 20 persen dari total luas kawasan fasilitas penelitian berusia dua abad ini.

Sementara, atraksi sinar lampu dikhawatirkan mengusik keheningan malam di Kebun Raya yang mengganggu aktivitas serangga penyerbuk serta hewan lainnya.

Wali Kota Bogor pun meminta proyek ini dikaji ulang. Selain pemerintah kota, masyarakat juga menuntut hal serupa melalui petisi yang sudah diteken lebih dari 14 ribu orang.

 

Film The Story of Plastic masuk nominasi Emmy Awards 

Film dokumenter The Story of Plastic masuk sebagai nominasi film dokumenter terbaik dalam ajang penghargaan Emmy Awards untuk kategori "Best Writing". Film karya sutradara sekaligus produser Deia Schlosberg ini mengisahkan cerita di balik seluruh proses terkait plastik: mulai dari produksi hingga pemusnahan. Film juga mengangkat persoalan Indonesia yang kerap menerima sampah plastik dari negara-negara maju.

Dokumenter ini dapat ditonton secara gratis di Youtube.

 

Sampai jumpa pada nawala berikutnya.

Salam lestari!

Robby Irfany Maqoma

Editor Lingkungan

Lingkungan