The Conversation

Halo pembaca, semoga Anda sehat dan lancar aktivitasnya.

Kali saya merangkum isi artikel kesehatan yang telah kami terbitkan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencurigai ada tindakan curang segelintir perusahaan obat sehingga produknya membahayakan nyawa pasien. Modusnya, ada perusahaan obat yang menggunakan bahan baku yang mengandung bahan beracun (etilen glikol, EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam kadar tinggi dan harganya murah.

Pedoman cara pembuatan obat yang baik ternyata tidak mencukupi untuk menjamin standar proses dan bahan baku produksi obat. Perlu ada pengawasan yang lebih ketat dari BPOM terhadap pasokan bahan baku obat.

Sementara itu, air minum dalam kemasan (AMDK) begitu populer di masyarakat, terutama perkotaan. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan 40% penduduk Indonesia menggunakan air kemasan pada 2020. Penggunaan air minum yang didapat dari depot isi ulang tiga kali lebih besar daripada air kemasan bermerek. Riset terbaru yang kami terbitkan menunjukkan tren penggunaan AMDK meningkat 1,24 kali (124%) setiap tahun. Riset ini juga memprediksi bahwa 50% penduduk Indonesia akan menggunakan AMDK, baik isi ulang ataupun bermerek, pada 2026. Masalahnya adalah air kemasan itu berisiko tercemar tinja dan mikroplastik.

Apakah omicron BQ.1 dan BQ.1.1 yang kini mendominasi di dunia lebih menular? Anda bisa menemukannnya di artikel ini.

Salam sehat!

Ahmad Nurhasim

Editor Kesehatan + Sains

Air minum dalam kemasan makin populer tapi aspek keamanannya kerap dipertanyakan. Maurício Mascaro/Pexels.com

Riset prediksi separuh penduduk Indonesia minum air kemasan pada 2026, tapi berisiko tercemar tinja dan mikroplastik

Daniel, Universitas Gadjah Mada

Keamanan air minum dalam kemasan adalah tanggung jawab bersama semua aktor: pemerintah sebagai pembuat dan pengawas kebijakan, produsen air minum dalam kemasan, dan masyarakat sebagai konsumen.

Kesehatan

Sains + Teknologi