Halo Pembaca,

Semoga Anda sehat dan lancar pekerjaannya dari rumah.

Mengutak-atik batasan definisi suatu konsep atau istilah merupakan salah satu strategi “memoles wajah”, tapi tidak mengubah kenyataan buruk penanganan COVID-19 di Indonesia. Kini itulah rencana Kementerian Kesehatan di tengah angka kasus corona virus yang terus meningkat dan angka kematian yang tidak pernah turun.

Kementerian sedang berupaya mengubah definisi kematian akibat COVID-19 menjadi hanya mati benar-benar akibat virus corona dan mencoret kematian akibat penyakit penyerta yang diderita pasien (dikenal sebagai komorbid) COVID. Jika itu benar-benar dilakukan, maka angka kematian akibat COVID kemungkinan akan turun drastis, karena kematian pasien COVID yang juga disertai penyakit lain tidak dihitung sebagai kematian akibat COVID.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat menyatakan 96 kematian pada pasien COVID terjadi karena diperparah oleh penyakit bawaan sebelumnya yang menurunkan daya tahan tubuh. Penyakit seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjaj, gagal jantung, kegagalan bernafas, dan pneumonia merupakan penyakit komorbid yang meningkatkan risiko kematian. Mereka adalah orang-orang berisiko tinggi yang mudah terinfeksi COVID dan penyakit yang diderita sebelumnya meningkatkan risiko kematian.

Di tengah penyebaran COVID yang makin ganas, jumlah tes COVID-19 di Indonesia baru mencapai 35,6% dari standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 1:1000 penduduk per minggu. Ketimbang sibuk mengubah definisi kematian akibat COVID, lebih baik pemerintah segera menaikkan pengetesan COVID agar orang-orang yang terinfeksi virus segera bisa diisolasi dan dirawat.

Kematian pasien COVID bukan sekadar angka statistik. Mereka adalah orang-orang yang punya kontribusi dalam kehidupan sosial, profesional, dan keluarga, juga punya cita-cita yang yang mungkin belum terwujud. Mereka adalah kepala keluarga, suami, istri, kakek, nenek, anak, saudara dan teman yang telah membuat hidup lebih bermakna saat mereka masih hidup.

Untuk memperingati Ulang Tahun ke-3 The Conversation Indonesia, kami akan menggelar diskusi “Saatnya Ilmuwan Bersuara: Pentingnya Komunikasi Sains Dalam Mendorong Kebijakan Berbasis Bukti” pada Kamis, Kamis 24 September 2020, pukul 14:00-16:00 WIB. Anda bisa mengikuti diskusi di saluran YouTube The Conversation Indonesia.

Ahmad Nurhasim

Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training

Petugas memeriksa ambulans yang tiba di kawasan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, di Jakarta, 10 September 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww

Rumah sakit rujukan COVID-19 Jakarta hampir penuh: ini 3 strategi cegah fasilitas kesehatan lumpuh

Irwandy, Universitas Hasanuddin

Di tengah laju virus yang makin cepat dan penyebaran yang makin luas, kita butuh data yang akurat, kebijakan dan kepemimpinan yang mampu menjawab dampak wabah ini berdasarkan pertimbangan sains.

Kesehatan

In English

COVID-19

Kolumnis