Halo! Selamat datang kembali di Sepekan Lingkungan, nawala mingguan yang menampilkan beberapa highlight artikel-artikel dari Indonesia dan internasional.

Dari berita internasional, laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terbaru menyatakan bahwa negara-negara perlu segera meningkatkan investasi mereka untuk membangun sistem peringatan dini seiring meningkatnya kejadian cuaca ekstrem selama 50 tahun belakangan.

Dalam studi tersebut dinyatakan bahwa setidaknya 1 dari 3 orang tidak memiliki perlindungan terhadap sistem ini, sementara jumlah yang terdampak akan bertambah hingga 50% pada dekade berikutnya.

Menghadapi dampak krisis iklim bagi kesehatan manusia, para dokter residens mulai belajar cara mengobati penyakit-penyakit yang timbul.

Inisiatif ini sebenarnya sudah mendapatkan dukungan dari Asosiasi Kedokteran Amerika Serikat bagi para mahasiswa kedokteran. Namun, akhirnya diharapkan bisa juga dipelajari oleh para dokter residen.

Peneliti dari Health and the Global Environment at Harvard’s T.H. Chan School of Public Health dari Amerika Serikat, Aaron Bernstein dan Rebecca Philipsborn sudah memberikan panduan bagi rumah sakit meski tidak terlalu mendetail. Setidaknya, para dokter residen ini bisa segera memberikan pelayanan terbaik bagi para pasien.

Dari Indonesia, munculnya bermacam versi perubahan atas draf Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang terjadi membuat kebingungan dan akan berpengaruh kepada industri kelapa sawit.

Contohnya, pasal tentang memperbolehkan petani skala kecil membuka lahan dengan bakar pada draft tanggal 5 Oktober, mendadak dihilangkan pada draft tertanggal 12 Oktober.

Hingga kini, setidaknya ada 4 kali perubahan draft UU Cipta Kerja, draft dengan 1052 halaman, 905 halaman, 1035 halaman, dan terakhir 812 halaman.

Cek juga berita dari The Conversation Indonesia tentang bagaimana bisa sektor kehutanan bisa melakukan diversifikasi usaha, tidak semata hanya hasil kayu. Ada juga tulisan tentang penyebab punahnya megafauna, hingga soal pilihan makanan yang bisa berpengaruh terhadap keberadaan hutan dan kesehatan manusia.

Fidelis Eka Satriastanti

Editor Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup

Sains + Teknologi